Anda Pengunjung

  • MAKALAH "TAWAKAL"


    DEFINISI
    Tawakal Sarana Terbesar Mendapatkan Kebaikan” ketegori Masalah Penting. Tawakal Adalah Sarana TerbesarUntuk Mendapatkan Kebaikan Dan Menghindari Kerusakan
    Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji
    Tawakal adalah salah satu sarana terkuat di antara sarana-sarana yang bisa mendatangkan kebaikan serta menghindari kerusakan, berlawanan dengan pendapat yang mengatakan: bahwa tawakal hanyalah sekedar ibadah yang mendatangkan pahala bagi seorang hamba yang melakukannya, seperti orang yang melempar jumrah , juga berlawanan dengan orang yang berpendapat tawakal berarti men-tiada-kan prinsip sebab musabab dalam penciptaan serta urusan, sebagaimana pendapat yang dilontarkan oleh golongan “Mutakallimin” seperti Al-Asy-ari dan lainnya, dan juga seperti pendapat yang dilontarkan oleh para ahli Fiqh dan golongan shufi, , hal ini akan diterangkan dalam bahasan mengenai prinsip sebab-musabab, Insya Allah.
    Ibnul Qayyim berkata : Tawakal adalah sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.
    Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang disanadkan kepada Ibnu Abbas : Hasbunallahu wa nima Al-Wakiil, yang artinya : , ungkapan ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim saat tubuhnya dilemparkan ke tengah-tengah Api yang membara, juga diungkapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dikatakan kepadanya : Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk membunuh mu, maka waspadalah engkau terhadap mereka. }
    Ibnu Abbas berkata : Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan ke tengah bara api adalah : “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung”.
    Dan diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yang disanadkan kepada Bastar bin Al-Harits, ia berkata : Ketika Nabi Ibrahim digotong untuk dilemparkan ke dalam api, Jibril memperlihatkan diri padanya dan berkata : Wahai Ibrahim, apakah kamu perlu bantuan ?, Ibrahim menjawab : Jika kepada engkau, maka saya tidak perlu bantuan, , ini adalah bagian dari kesempurnaan tawakal yang hanya kepada Allah semata tanpa lainnya.
    Akan tetapi apa yang terjadi setelah itu ?!, Allah berfirman : “Kami berfirman : ‘Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim’, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka orang-orang yang paling merugi”.
    Dan befirman pula Allah tentang Nabi Muhammad dan para sahabatnya : “Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. . Ibnu Katsir berkata : Setelah mereka bertawakal kepada Allah maka Allah melindungi mereka dari bahaya yang mengancam mereka, dan Allah mencegah dari mereka bencana yang telah direncanakan oleh orang-orang kafir, lalu mereka kembali ke negeri mereka sesuai dengan firman-Nya, Dengan ni’mat dan karunia dari sesuatu yang tersembunyi dalam hati musuh-musuh mereka dan dan Allah mempunyai karunia yang besar.
    Dan firman Allah tentang orang-orang beriman: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu , maka Allah menahan tangan mereka dari kamu, Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal”.
    Kandungan dari ayat ini adalah bahwa sikap tawakal kepada Allah yang ada dalam hati orang-orang yang beriman adalah salah satu sebab Allah menahan tangan orang-orang kafir yang hendak mencelakakan orang-orang yang beriman, Allah menggagalkan apa yang diingini oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.
    Berita yang menerangkan tentang sebab turunnya ayat ini ada tiga berita, semuanya membuktikan bahwa hanya Allahlah yang menjadi pelindung bagi Nabi-Nya dan Allah pula yang menjaganya dari kejahatan manusia, ketiga berita itu adalah:
    1.      Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lainnya dari Jabir bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terpisah dari para sahabatnya lalu bernaung di bawah pohon beliau menggantungkan pedangnya di atas pohon itu, kemudian datang seorang Arab Badui kepada Rasulullah dan mengambil pedang milik beliau, lalu orang itu berdiri di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil bertanya: Siapakah yang dapat mencegahmu dari aku .?. Beliau menjawab: Allah !, orang Arab Badui itu bertanya dua atau tiga kali: Siapa yang dapat mencegahmu dari aku ?, dan Nabi menjawab: Allah, Jabir berkata: Kemudian orang Arab itu menyarungi pedangnya, lalu Nabi memanggil para sahabatnya, dan mengabarkan kepada mereka tentang kejadian Arab Badui itu, sementara Arab Badui itu duduk di sisi Rasulullah dengan tidak memberi hukuman kepada orang itu.
    2.      Berita yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan lainnya dari Ibnu Abbas -tentang ayat ini ia menyebut ayat 11 dari surat Al-Ma’idah- dan ia berkata : Sesungguhnya orang-orang dari kaum Yahudi membuat makanan untuk membunuh Rasulullah dan para sahabatnya, kemudian Allah mewahyukan kepada utusan-Nya itu tentang rencana mereka, maka Rasulullah dan para sahabatnya tidak makan makanan itu.
    3.      Dikisahkan bahwa orang-orang dari Kaum Yahudi bersepakat untuk membunuh Nabi dengan cara mengundang Nabi dalam suatu urusan, ketika Nabi datang kepada mereka, mereka membuat siasat untuk melempar beliau dengan sebuah batu besar pada saat Rasulullah bernegosiasi dengan orang-orang Yahudi, lalu Allah memberitahukan rencana mereka ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah kembali ke Madinah dengan para sahabatnya. maka pada saat itulah Allah menurunkan ayat yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah kepadamu”.Dari berita-berita yang menyebabkan turunnya ayat di atas, serta kejadian-kejadian lain yang nyata membuktikan bahwa Allah akan selalu menjaga dan melindungi Nabi utusan-Nya, hal ini tidak lain adalah karena kesempurnaan beliau dalam bertawakal kepada Allah Azza wa Jalla. Berita dan kejadian seperti ini banyak sekali dan cukup bagi kami dengan apa yang telah kami sebutkan.


    KEUTAMAAN ORANG YANG TAWAQAL
    1.      Dapat membuktikan keimanan yang benar
    Orang yang bertawaqal merupakan orang yang dapat membuktikan keimanannya , karena salah satu cirri orang beriman adalah bertawaqal kepada Allah swt.
    2.      Memperoleh jaminan rezeki
    Rasulullah saw bersabda:
                “seandainya kalian bertawaqal kepada Allah dengan tawaqal yang sebenar-benarnya, kalian pasti diberikan rezeki sebagaimana burung yang diberi rezeki, ia pergi pada pagi hari dalam keadaan perut kosong, kemudian pulang pada sore harinya dalam keadaan kenyang.” (H.R. Tirmidzi)
    3.      Memperoleh kecukupan dari apa yang di butuhkan
    Orang yang bertawaqal kepada allah akan dicukupkan apa yang jadi keperluan dalam hidup. Bila dari sisi jumlah tidak cukup, paling tidak dengan bertawaqal itu dia akan merasa cukup dengan apa yang diperolehnya.
    Allah swt berfirman:
    “Barang siapa bertawaqal kepada allah niscaya dia akan mencukupkan keperluannya (ath-thalaaq: 3)
    4.      Tidak di sukai setan
    Orang yang bertawaqal tidak bisa di goda apalagi dikuasai oleh setan. Sebab, bagaimana mungkin setan dapat menggoda orang-orang yang begitu dekat dan terikat kepada allah wst, sebagaimana firmannya:
                Sungguh setan itu tidak akan berpengaruh terhadap oreang yang beriman dan bertawaqal kepada tuhan.” (an-nahl:99)
    5.      Menghargai usaha yang dilakukan
    Saat seseorang berusaha lalu tidak mencapai hasil yang diharapkannya kadang dia merasa sia-sia atau percuma saja berusaha bila hasilnya hanya demikian. Sikapi ini di sebabkan oleh tidak bertawaqalnya dia kepada Allah swt. Bila dia bertawaqal, maka dia akan menerima apa yang sudah di perolehnya dan disyukurinya.yang bertawaqal, dia belum memuaskan seperti yang dia harapkan, maka dia akan berusaha lagi dengan uasaha yang lebih maksimal. Dapat dipahami apabila suatu pekerjaan atau usaha dirinya sendiri saja sudah tidak dihargai, bagaimana mungkin dia bisa menghargai pekerjaan orang lain, apalagi bila pekerjaan itu tidak mencapai hasil yang di inginkan.

0 komentar:

Posting Komentar